Tak ada lagi kamu yang memenuhi kotak inbox di handphone-ku.
Tak ada lagi sapamu sebelum tidur seperti "good night peri nirwanaku. Love U!!"
Semua berbeda dan tak lagi sama.
Aku membuka mata dan berharap hari-hariku berjalan seperti biasanya, walau tanpamu.
Walau tak ada kamu yang memenuhi hari-hariku.
Seringkali aku melirik layar handphone-ku namun tak ada lagi message dari contact name "Lanaku♥"
Hari yang selalu berbeda.
Ada sesuatu yang hilang.
Rasa ini begitu absurd dan sulit untuk dideskripsikan.
Kamu membawa jiwaku melayang ke negeri antah-berantah, dan mengasingkan aku ke dunia yang bahkan tak kuketahui. Aku bercermin, memerhatikan setiap lekuk wajahku dan tubuhku. Aku tak mengenal sosok dalam cermin itu. Tak ada aku yang ku perhatikan dalam cermin itu sejak tadi. Aku tidak lagi mengenal siapa diriku. Seseorang dalam tubuhku yang selalu ceria dan tersenyum ikhlas menghilang secara magis setelah kepergian kamu. Entah di mana aku bisa menemukan diriku yang hilang itu. Entah bagaimana caranya. Aku kebingungan dan kehilangan arah.
Aku bisa berhenti mempercayai cinta jika terlalu sering tenggelam dalam rasa frustasi seperti ini.
Siksaanmu terlalu besar untukku, aku terlalu lemah untuk merasakan sakit yang telah kau sebabkan.
Bagaimana mungkin aku bisa menemukan yang lebih baik jika aku pernah memliki yang terbaik?
Bagaimana mungkin aku bisa menemukan seseorang yang lebih sempurna jika aku pernah memiliki yang paling sempurna?
Aku benci pada perpisahan. Entah mengapa dalam peristiwa itu harus ada yang terluka, sementara yang lainnya bisa saja bahagia ataupun tertawa.
Kamu tertawa dan aku terluka.
Kita seperti saling menyakiti, tanpa tahu apa yang patut dibenci.
Kita seperti saling memendam dendam, tanpa tahu apa yang harus dipermasalahkan.
Aku menangis sejadi-jadinya, sedalam-dalamnya, atas dasar cinta.
Kamu tertawa sekeras-krasnya, sekencang-kenvangnya, atas dasar... entah harus kusebut apa.
Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu yang terlampau rumit itu.
Aku merasa kehilangan.
Sedangkan kamu? Dalam hitungan jam telah menemukan yang baru.
Begitu sulitnya aku melupakanmu dan begitu mudahnya kamu melupakan aku.
Jam berganti hari, dan semua berputar... tetap berotasi. Aku jalani hidupku, tentu tanpa kamu.
Kamu lanjutkan hidupmu, tentu saja dengan dia.
Aku tak menyangka, begitu mudahnya kamu menemukan pengganti. Begitu gampangnya kamu melupakan semua yang telah terjadi.
Aku hanya ingin tahu isi otakmu saja, apa kamu tak pernah memikirkan mendung yang semakin menghitam di hatiku? atau... mungkin saja kamu tak punya otak? Atau tak punya hati?
Tak banyak hal yang bisa kulakukan, selain mengikhlaskan. Tak ada hal yang mampu kuperjuangkan, selain membiarkanmu pergi dan tak berharap kamu tak menorehkan luka lagi.
Aku hanya bisa menikmati luka, hingga aku terbiasa dan mengangapnya tak ada.
Semuanya telah menjadi candu yang kunikmati sakitnya.
Aku mulai suka air mata yang seringkali jatuh untukmu. Aku mulai menikmati saat-saat napasku sesak ketika melihatmu bersamanya, ketika mengingatmu. Aku mulai jatuh cinta pada rasa sakit yang kau ciptakan selama ini.
Terimakasih.
Dengan luka seperti ini.
Aku jadi tambah sering menulis.
Lebih banyak dari biasanya.
Aku semakin percaya, butuh rasa sakit biar bisa lancar menulis... terutama yang bercerita tentangmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar